Kala sumber cahya memancarkan rona
Sinar semburatnya merekah di ufuk
Ketika mata terbuka kedua kelopaknya
Terjaga dari lelapnya tidur
Berdengung dalam pendengaran
Menyapa suara kehidupan
Dengung duka, raung petaka
Menyelimuti pribadi manusia-manusia
Dikala tumbuh MELATI PUTIH
Rekah kembang diatas dahan
Pembuka masuknya cahya kehidupan
Tumbuhlah kuncup nan segar
Ketika kupu-kupu beterbangan
Lincah menari-nari keliling ranting
Mengitari lapangan dan dusun
Menyapa riang setiap mekar dan kuncup
Nafas kembang aroma MELATI PUTIH
Hembusan semerbaknya nan wangi
Ketika mata menatap gunung nan tinggi
Tinggi, emoh kemewahan diniawi
Telanjang dalam zuhud dan kepapaan
Saling menjawab hembusan MELATI PUTIH
Memenuhi gurun sahara gersang
Wanginya…
Memberikan secercah asa kehidupan
Tak kenal diam, tak pula reda
Ketika hati riang menari
Bersuka ria gembira
Menggema….
Gema arumnya wangi MELATI PUTIHKU
Oleh Adie Syaridillah
HIJAUKAN TANAH INI
Ketika pohon-pohon nan hijau bertumbangan
udara mulai memanas nan menyengat
Air dan lautan mulai keruh menghitam
Penghuni dalam lautan meratap sekarat tak berdaya
Tanah mulai meradang gersang dan berasap tebal
Binatang-binatang punah korban pembantaian brutal manusia
Dan terakhir manusia-manusia musnah korban pembantaian keserakahan
Bayangkan…, begitu seram masa depan tanah ini.
Aneh…, justru manusia-manusia saling menuding dan saling berkata benar
Nyatanya tanah ini merintih, merana, dan berdarah
Adakah suatu hukum yang adil ditanah ini ?
Atau suatu hukum sedang sembunyi ketakutan ?
Gara-gara kelompok manusia serakah yang kejam
Berakibat pembantaian masal hewan-hewan, pepohonan, dan manusia sendiri
Jika terlihat kelompok manusia sedang membantai keji hutan hijau
Tembak sajalah!
Hijaukan tanah ini !
Demi manusia-manusia , demi hewan-hewan, demi penghuni dalam lautan
demi pepohonan nan rindang, demi masa depan anak-anak bangsa
By Nenen Gunadi
Owen Sound, Juli,10-07
KETIKA BENDUNGAN ROBOH
Jikalau hujan terus, bendungan akan roboh
Dan ketika bendungan roboh, tanah bumi tergoncang
Mulut saling menuding, urat leher bersitegang membela diri
Yang terkecil adalah korban, yang terbesar duduk diistana raja
yang terlemah timbul tenggelam, yang terkuat terselamatkan tahta
Jikalau hujan terus, bendungan akan roboh
Dan ketika bendungan roboh, air mata menetes
Mengusap dada, duduk tertunduk bersimpuh ditanah
Tubuh-tubuh kaku tak berdosa bergelimpangan di air
Tembok-tembok impian hancur diantara jeritan-jeritan
Jikalau hujan terus, bendungan akan roboh
Dan ketika bendungan roboh, tanah lumpur menggulung bangkai
Jagalah sekarang bendunganmu, jagalah sekarang alammu
Demi jiwamu rapat bersatu, musnahkan kesombongan dikepalamu
Jagalah tanahmu sebelum kau terhanyut sia-sia dan membusuk
Terbungkuklah dan tanam hijaumu !
Dan ketika bendungan roboh, kau akan terhempaskan
Terbungkuklah dan tanam hijaumu !
Dan ketika bendungan roboh, tak ada tempat untuk tinggal
Terbungkuklah dan tanam hijaumu !
Nenen Gunadi
Hutnsville, CA, 19-Des-2007
DISEJUKNYA KUNINGAN PAGI HARI
(Karya Nenen Gunadi, Owen Sound, Kanada,12Jul 07)
Gunung tinggi berkabut putih
Sawah, kebun menghijau luas
Langit biru dihiasi awan cerah
Disejuknya Kuningan pagi hari
Lagu bidadari mojang sayap putih
Kebaya kuning bergaya seksi
Melenggang elok, bibir tersenyum
Disejuknya Kuningan pagi hari
Air danau sejuk, air hangat cipanas
Gemercik air sungai berdendang
Embun jatuh ke daun yang menari
Disejuknya kuningan pagi hari
Anak-anak, dewasa, orang tua
Merasa nyaman melagu cinta
Kedamaian hati merekah hangat
Disejuknya kuningan pagi hari
GUBUK DIBUKIT
Jika ada yang ragu dimanakah istanaku
Lalu jawabku “Gubuk dibukit!”
Dimana disana ada hutan hijau-hijau
Dan akan selalu kujaga pohon hijau-hijau
Aku dilahirkan dikota, tetapi aku cinta bukit-bukit
Aku punya mimpi berbagi kisah bersama alam-alam
Dimana ada gunung yang menyentuh biru langit-langit
Yang melindungiku dari penderitaan dan masalah-masalah
Bagaimana dapat perasaanku mengungkapkan kata-kata
Ketika sinar mentari pagi menyentuh puncak gunung-gunung
Dari atas bukit aku berdendang lagu damai-damai
Terdengar siulan cinta bersahutan dari burung-burung
Dedaunan dipepohonan berirama alam bergoyang-goyang
Suara gendang memanggilku dari balik bukit menghentak-hentak
Alunan merdu seruling bambu dilembah padang rumput-rumput
Seromantis irama musik alam pagi, kuhentakan kakiku menari-nari
Jika ada yang ragu dimanakah istanaku
Lalu jawabku “Gubuk dibukit!”
Karena aku lelah, dengan istana kota yang kotor-kotor
Dan aku takut menjadi bagian sang koruptor-koruptor
Istana kota berhiaskan gemerlap warna lampu kelam-kelam
Dihuni oleh manusia-manusia cerdas tetapi kelam-kelam
Yang suka ngomong lantang tetapi berkarya kelam-kelam
Suka mengatur-ngatur tetapi pribadinya adalah kelam-kelam
Nenen Gunadi
Huntsville, 15Jan08